Coretan MasBud: 2009

Halaman

Kamis, 20 Agustus 2009

Hari Melelahkan

Sudah menjadi tradisi di DaBink city setiap hari rabu pagi diramaikan oleh penjual dan pembeli di pasar Rabu.. Namun Rabu kali ini kurasakan berdeda..

Dini hari kuawali dengan kekesalan dan kekecewaan, Handphone yang gak begitu mahal dan berisi sedikit pulsa hilang di kamar.. yang sangat kukesalkan bukanlah HP atau pulsaku yang hilang, tapi semua nomor kontak kawan, kerabat, dan semua relasi yang selama ini terkumpul ikut hilang.. seakan aku dikembalikan ke zaman batu sendirian.. menjelang siang, belum juga hilang kesal ku.. keramaian pasar DaBink city dan game DOTA belum juga bisa menenangkan pikiranku..

Sambil melihat aktifitas di fesbuk,, kukeluarkan semua unek2 kekesalan yang ada.. ganti status, coret-coret wall temen-temen, komentar yang gak begitu perlu, sampai menyampah di wall orang.. dengan sedikit terkejut, "datang dengan cara tiba-tiba" seorang Sahabat yang tlah lama hilang kembali ketemu dan ngobrol di fesbuk .. yaahh.. suasana itu yang sedikit bisa meredakan kekesalanku.. sedikit bisa menghibur fikiranku yang sedikit kacau.. thanks sobat..

"masalah klasik" kembali terjadi siang itu, mati lampu.. Genset YAMAWA kembali dihidupkan.. hari sebelumnya telah terucap kesepakatan dan kerjasama dengan salah satu SMP setempat untuk praktikum anak SMP di hari rabu jam 2siang.. dengan sengaja dipersiapkan dari jam1 siang, mulai dari bersih-bersih, sampai pengosongan ruangan.. Namun kembali kecewa karena tidak sesuai dengan kesepakatan.. mulai dari keterlambatan, teknis praktikum, sampai urusan deal-dealnya.. tidak sesuai seperti yang kubayangkan..

Selasa, 18 Agustus 2009

Ramadhan nan Penuh Cinta

Merindu haru hati ini menanti saat kedatangannya, hingga tak kuasa menahan setiap tetesan air kesyukuran yang memancarkan kebahagiaan tak terlukiskan saat ianya tiba malam tadi. Segala puji bagi Allah yang telah berkenan kembali mempertemukan kita dengan bulan bertabur cinta. Cinta yang ditawarkan Allah kepada segenap makhluk di bulan Ramadhan selayaknya kita sambut dengan suka cita, seraya berharap kelak kitamenjadi bagian dari golongan yang mendapatkan cinta-Nya. Detik-detik menjelang satu ramadhan, ungkapan cinta bertaburan di seantero dunia menyambut hangat ramadhan ditandai dengan jalinan silaturahim melalui surat, telepon, SMS, email, atau bahkan rangkaian acara-acara khusus menyambut tamu agung ini. Cinta yang diberikan-Nya bukanlah sesuatu yang abstrak, setidaknya dengan ramadhan, mereka yang terbiasa sibuk sedemikian rupa sedikit mempercepat aktifitasnya agar segera tiba di rumah untuk menikmati berbuka bersama keluarga. Juga yang biasanya tak sempat untuk sarapan bersama, Allah memfasilitasinya saat makan sahur. Bukankah yang demikian dapat kembali menyuburkan cinta dan menghangatkan keharmonisan keluarga?


Kata Rasul, saling mencintai dan berkasih sayanglah kepada sesama yang di bumi, maka seluruh yang di langit akan mencintai dan mengasihimu. Cinta sosial, Allah berikan juga kesempatan manusia untuk mengaplikasikannya saat-saat bersama melakukan shalat tarawih berjama’ah, saling menghantarkan makanan berbuka kepada tetangga, juga tak lupa memberi sedekah dan hidangan berbuka kepada pengemis, fakir miskin dan anak yatim-piatu. Bahkan menjelang hari akhir ramadhan, wujud cinta juga terealisasi dengan mengeluarkan sebagian harta kita untuk zakat guna melengkapi proses pembersihan diri menuju kesucian. Infaq, sedekah, dan zakat yang kita keluarkan, adalah bukti cinta kita kepada Allah sekaligus menegaskan bahwa kita tak termasuk orang-orang yang cinta harta dunia dan sadar akan adanya sebagian hak orang lain dari apa-apa yang kita miliki. Adakah yang cintanya sebesar sahabat Abu Bakar Shiddik yang mengeluarkan seluruh hartanya di jalan Allah hingga Rasul-pun bertanya apa yang tersisa untuknya. “Allah dan rasul-Nya, cukuplah bagiku” jawab Abu Bakar. Dan tentu saja, perlulah diri ini belajar dari Ibrahim alaihi salam dan keluarganya tentang hakikat dan bentuk cinta kepada Allah. Hal yang tidak kalah menakjubkan juga ditunjukkan Rasulullah kepada seorang anak yatim yang bersedih di hari raya. Ia menjadikan dirinya ayah, dan Fatimah saudara perempuan anak yatim tersebut seraya membahagiakannya saat hari bahagia, Idul Fitri.
Malam-malam ramadhan, adalah saat terbaik kita bercengkerama dan bermesraan dengan Allah melalui tilawah dan tadarrus qur’an, tahajjud serta munajat kepada-Nya. Hati yang terpaut cinta, seperti enggan menuju pembaringan. Inginnya menghabiskan malam-malam ramadhan dengan tangis penyesalan atas khilaf dan dosa, atas segala alpa, juga lalai. Sadar akan semua nikmat yang Allah berikan tanpa pernah alpa, tanpa pernah pula khilaf, salah dan lalai. Dia senantiasa memberikan pelayanan terbaik kepada hamba-hamba-Nya, namun kita membayarnya dengan cinta yang semu, cinta yang terkadang hanya terucap di lidah tanpa wujud yang nyata. Astaghfirullaah …
Jika hati ini sedemikian rindunya menanti kedatangan bulan penuh rahmat dan maghfirah ini, tentulah, selayaknya orang saling mencinta, akan ada tangis jika kekasihnya pergi. Tetesan air mata yang akan mengalir nanti, takkan terhitung betapa derasnya membayangkan kemungkinan bertemunya kembali kita dengan ramadhan nan penuh cinta ini. Saat hari fitri tiba, pantaslah ada keceriaan bagi mereka yang mendapatkan kemenangan melewati masa-masa ujian selama ramadhan, dengan satu harap menjadikan taqwa sebagai hasil akhir ramadhan. Namun tentu saja, sambil menghitung-hitung betapa menyesalnya kita tak memanfaatkan ramadhan yang telah lalu dengan amal sebaik-baiknya, dengan ibadah yang bernilai, hingga tangis ini akan semakin keras berteriak dalam hati. Satu tanya bergelayut “Akankah kita kan sampai di ramadhan tahun depan?” Maka, hati pun berdo’a penuh harap, “berilah hamba kesempatan”. Wallaahu a’lam bishshowaab.

Rasulullah pun Mendambakan Ramadhan

"Allahumma bariklana fii rajab wa bariklana fii sya'ban wa balighna fii ramadhan" Ya Allah, berkahilah bulan Rajab ini, dan berkahilah bulan Sya'ban ini, dan sampaikanlah kami, panjangkanlah umur kami hingga bulan Ramadhan.


Subhanallah, Rasulullah sendiri, manusia yang sangat mulia, sangat mendambakan akan datangnya bulan Ramadhan ini. Sudahkah kita meneladani beliau? Menantikan dengan penuh harap? atau kita hanya biasa-biasa saja menyambut kedatangannya, sama seperti bulan-bulan sebelumnya? Na'udzubillahi tsumma na'udzubillahi.Saudaraku, hakikat bulan Ramadhan ini sesungguhnya pada sejauh mana kita telah melakukan persiapan untuk menyambutnya. Sehingga pada bulan Ramadhan, kita dapat memanfaatkan waktu dengan optimal. Persiapan itu sendiri tidak dilakukan pada awal bulan Ramadhan, karena jika itu yang kita lakukan, maka kita akan ketinggalan kereta pahala dengan hamba Allah lainnya. Yang telah mempersiapkan diri jauh sebelum datangnya bulan Ramadhan.


Sangat sayang jika bulan Ramadhan yang hanya 29-30 hari itu, datangnya hanya sekali setahun, harus kita potong waktunya seminggu menjadi 22-23 hari hanya untuk persiapan yang seharusnya bisa kita lakukan jauh-jauh hari sebelumnya.Dalam hadits juga diungkapkan, bahwa Rasulullah pada orang yang paling banyak dan menyempurnakan puasanya pada bulan Sya'ban. Pengkondisian fisik sudah dicontohkan oleh Rasul sebelum datangnya bulan Ramadhan. Pengkondisian ruhiyah juga sudah seyogyanya dilakukan sebelum bulan Ramadhan, shoum sunnah, tilawah qur'an, qiyamul layl, wirid ma'tsurat harian, dan lainnya. Buku Fiqh Shiyam juga menjadi bacaan wajib, agar kita mengetahui dalil dan fadhilah puasa yang akan kita lakukan, dan memperluas tsaqofah (wawasan) keilmuan kita.Juga yang harus kita ingat, agar sebelumnya mengqadha puasa-puasa wajib kita sebelumnya kita tinggalkan, entah karena sakit atau karena halangan lainnya.


Semua persiapan ini dilakukan agar kita bisa menjalani Ramadhan ini dengan ringan, dengan bersemangat, dengan jihad (bersungguh-sungguh), serta berharap kita semua dapat menjadi Alumni teladan bulan Ramadhan, yang dapat membekas pada 11 bulan berikutnya.

Andai Saja Indonesia-ku benar-Benar Merdeka




Hari senin, tanggal 17 Agustus 2009,

Tanggal yang cukup familiar didngar, bahkan menjadi lirik lagu di salah satu lagu wajib, serta menjadi patokan pada Garuda Pancasila.


Pagi hari (gak pake tidur) seperti biasa langsung Online, cek Fesbuk, liat wall temen-temen penuh dengan teriakan "MERDEKA", "DIRGAHAYU", "HUT-RI", de-el-el,, yaah, sebagai warga negara yang baik, aku juga ikut menuliskannya di wall Fesbuk ku.. padahal aku belum yakin kalau Indonesia-ku belum benar-benar Merdeka.. (Melihat kondisi saat ini)


Danau Bingkuang pagi itu sepi, tepat di pasarnya, lengang, tidak ada perubahan atau pengaruh dari tanggal bersejarah itu, mungkin di sekolah yang cukup ramai melaksanakan Upacara penikan bendera Merah Putih. yaah ada beberapa yang ikut paskibra di sekolahnya..


Jam di dinding sudah melewati pukul 10 pagi, namun tidak ada juga perubahan, perubahan yang kurasakan hanya warnet mulai ramai pengunjung, maklum lah, baru kembali Online, 8 hari sebelumnya ada masalah yang gak begitu jelas dari pihak Speedy, jadi selama itu juga pelanggan yang kecewa karena tidak bisa Online. kasihan Operator 147 jadi imbas kekesalan dan kemarahan, padahal belum tentu dia tau masalahnya. tapi yang selalu membuat kani jengkel ialah kata-kata mohon ditunggu, sedang dalam proses, mohon maf... setiap kami telpon 147, selalu itu-itu yang kami dengar dari operator.. apakah tugas operator hanya menjawab keluhan pelanggan, tanpa ada penyelesaian teknis..? setelah bosan 7 hari kami menunggu dan rugi dengan jumlah yang tidak sedikit, akhirnya pihak telkom menghubungi kami.. alhamdulillah.. Akhirnya keluhankami dapat diselesaikan dengan lambat..


Kembali ke hari senin, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 12 siang, terik matahari dan perut yang mulai terasa lapar, aku perg makan siang, ku ajak salah satu pelanggan warnet. setelah beberapa saat.. masalah klasik kembaliterjadi.. "MATI LAMPU".. padahal sedang ramai di warnet, dengan sedikit kesal kuhidupkan Generator di depan agar bisa teros online.


Mati lampu seakan sudah menjadi tradisi disini, dalam satu hari biasanya 3 kali mati lampu. setiap mati lampu selama 2 sampi 3 jam.. kalau di hitung-hitung bukan sedikt kerugian yang dialami.. belum lagi kerusakan alat yang menggunakan listrik.. selain itu catatan KWH di depan bulan ini pun lebih besar nilainya dibandingkan bulan lalu, kata orang karena sering mati lampu, setiap listrik hidup, tegangan awal selalu besar yang mengakibatkan KWH berputar lebih cepat,, tapi kalau di pikir-pikir, setelah 3jam KWH istirahat berputar, truss... wew.. gak tau lah yang jelas tagihan listrik bulan ini naik, padahal sering mati lampu..


kembali ke topik, 64 tahun yang silam, pak Karno membacakan proklamasi Kemerdekaan, namun tahun-tahun setelah itu rupanya masih juga perang melanda hampir di seluruh pelosok negeri.. lantas kemerdekaan seperti apa yang telah fi rpoklamirkan?? apakah hanya sekedar merdeka lepas dari genggaman Koloni jepang??


saat ini masalah terus bermunculan hampir di segala aspek kehidupan. gambaran diatas merupakan secuil dari masalah yang ada di negeri kita. kemerdekaan yang hakiki adalah impian semua orang, impian setiap bangsa..